Selasa, 22 Januari 2013

Siklus Hidup Keluarga

Keluarga berkembang mengikuti sebuah siklus. Meskipun setiap keluarga memiliki riwayat yang unik dalam mengalami setiap tahap perkembangannya, semua keluarga dianggap sebagai contoh dari seluruh pola normatif dan mengikuti urut-urutan perkembangan yang universal.
Dalam setiap tahap perkembangan ada tugas-tugas yang harus dicapai. Tugas-tugas perkembangan keluarga adalah tanggung jawab yang harus dicapai oleh keluarga selama setiap tahap perkembangannya sehingga dapat memenuhi kebutuhan afektif, sosial, perawatan kesehatan, reproduksi, dan ekonomi dalam keluarga.

Tahap-tahap siklus kehidupan keluarga telah diuraikan oleh Duvall dan Miller (1985) dan Carter dan McGoldrick (1988). Tahap-tahap tersebut terdiri dari 9 tahap siklus kehidupan keluarga sebagai berikut :
  • Tahap transisi: Keluarga antara (dewasa muda yang belum menikah)
Tahap ini menunjuk ke masa dimana individu berumur 20-an yang telah mandiri secara finansial, dan secara fisik telah meninggalkan keluarganya namun belum berkeluarga. Bagaimana dewasa muda melewati tahap ini sangat mempengaruhi siapa yang dinikahinya serta bagaimana dan kapan pernikahan itu berlangsung. Untuk melewati tahap ini dengan sukses, dewasa muda harus berpisah dari keluarga asalnya (mandiri) tapi masih menjaga kontak emosional.
Tugas-tugas perkembangan pada tahap ini adalah (1) pisah dari keluarga asal, (2) menjalin hubungan intim dengan teman sebaya, serta (3) membentuk kemandirian dalam hal pekerjaan dan finansial.
Masalah-masalah kesehatan yang sering dijumpai pada tahap ini antara lain STD, masalah kesehatan mental, kecelakaan dan bunuh diri. Promosi kesehatan yang dapat dianjurkan adalah agar dewasa muda menghindari obat-obat terlarang, alkohol dan tembakau, serta mendapatkan tidur, nutrisi, istirahat, olahraga, perawatan gigi, dan uji kesehatan secara adekuat.

  • Tahap I : Keluarga pemula
Pernikahan dari sepasang insan menandai dimulainya keluarga baru. Tugas perkembangan yang paling penting dalam tahap ini adalah (1) membangun perkawinan yang saling memuaskan, (2) menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, dan (3) keluarga berencana.
Ketika dua orang diikat dalam satu pernikahan, maka mereka membangun SATU kehidupan bersama yang baru. Bersama-sama mereka menciptakan rutinitas baru yang sebelumnya dikompromikan bersama, dan memelihara rutinitas tersebut. Membangun perkawinan yang saling memuaskan juga berarti menyesuaikan diri dengan perbedaan-perbedaan yang ada, jangan sampai terjadi konflik. Untuk mencegah konflik, perlu dikembangkan sikap empati, saling mendukung, serta komunikasi secara terbuka dan sopan.
Pernikahan berarti menyatukan dua keluarga. Sehingga otomatis orang menikah akan menjadi bagian dari 3 keluarga : keluarga asal, keluarga pasangan, dan keluarga sendiri yang baru dibina. Di sini, suami-istri harus membina hubungan yang baik dengan setiap anggota keluarga, dan secara bersamaan menjaga otonomi keluarga sendiri sehingga tidak ada campur tangan yang akan merusak kebahagiaan bahtera pernikahan.
Masalah yang timbul antara lain masalah-masalah seksual dan emosional, kecemasan, kehamilan yang tidak diinginkan, dan penyakit kelamin baik sebelum maupun sesudah perkawinan. Untuk mengatasinya perlu ada penyuluhan dan konseling keluarga berencana, penyuluhan dan konseling prenatal, dan komunikasi.

  • Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak
Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama sampai bayi berumur 30 bulan. Meskipun bagi kebanyakan orang tua memiliki bayi merupakan pengalaman penuh arti dan menyenangkan, kedatangan bayi membutuhkan perubahan peran yang mendadak. Setelah kelahiran bayi, keluarga mempunyai beberapa tugas perkembangan yang penting, antara lain (1) membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (mengintegrasikan bayi baru ke dalam keluarga), (2) rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga, (3) mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, (4) memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-peran orang tua serta kakek dan nenek.
Masalah perkawinan yang sering terjadi pada tahap ini adalah suami merasa diabaikan (ini paling sering disebutkan oleh suami), terdapat peningkatan perselisihan dan argumentasi antara suami istri, serta kehidupan seksual dan sosial yang terganggu dan menurun. Untuk mengatasinya, sangat penting membentuk kembali pola-pola komunikasi yang memuaskan. Pasangan harus terus berbagi dan berinteraksi satu sama lain dalam hal tanggung jawabnya sebagai orang tua, dan peka tidak hanya dalam masalah pemenuhan kebutuhan seksual tapi psikologis pada umumnya.
Masalah-masalah utama keluarga dalam tahap ini adalah pendidikan maternitas, perawatan bayi yang baik, pengenalan dan penanganan masalah-masalah kesehatan fisik secara dini, imunisasi, konseling perkembangan anak, keluarga berencana, interaksi keluarga, dan peningkatan kesehatan secara umum.
Peran yang paling penting bagi perawat keluarga bila bekerja dengan keluarga yang sedang mengasuh bayi adalah mengkaji peran sebagai orang tua; bagaimana kedua orang tua berinteraksi dengan bayi baru dan merawatnya, dan bagaimana respon bayi tersebut. Konseling keluarga berencana biasanya berlangsung saat pemeriksaan setelah postpartum 6 minggu. Orang tua diajak berdiskusi mengenai perencanaan untuk memiliki bayi berikutnya. Orang tua perlu menyadari bahwa kehamilan dengan jarak rapat dan sering dapat berbahaya bagi ibu, ayah, saudara bayi dan unit keluarga secara keseluruhan.

  • Tahap III : Keluarga dengan anak usia prasekolah
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir ketika anak berusia 6 tahun.  Anak usia prasekolah harus banyak belajar pada tahap ini, khususnya dalam hal kemandirian. Mereka harus mencapai otonomi yang cukup sehingga mampu memenuhi kebutuhan sendiri tanpa campur tangan orang tua dimanapun mereka berada. Akhir-akhir ini banyak berkembang pendidikan prasekolah seperti PAUD, dsb. Program-program prasekolah yang terstruktur sangat bermanfaat dalam meningkatkan IQ dan keterampilan sosial.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah (1) memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi, dan keamanan, (2) mensosialisasikan anak, (3) mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap mememuhi kebutuhan anak-anak yang lain, (4) mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) serta di luar keluarga (keluarga besar dan komunitas).
Anak usia prasekolah sangat senang mengeksplor dunia di sekitarnya. Karena itu penting bagi orang tua untuk menyediakan peralatan dan fasilitas yang bersifat melindungi anak-anak, karena pada tahap ini kecelakaan menjadi penyebab utama kematian dan cacat. Mengkaji keamanan rumah merupakan tugas penting bagi perawat keluarga dan kesehatan komunitas sehingga orang tua dapat mengetahui resiko-resiko yang ada dan cara-cara mencegah kecelakaan.
Penelitian menunjukkan bahwa hubungan perkawinan sering mengalami kegoncangan pada tahap ini. Pasangan suami istri masing-masing merasakan perubahan kepribadian yang negatif, merasa kurang puas dengan keadaan di rumah, terdapat lebih banyak interaksi yang berorientasi pada tugas, pembicaraan pribadi lebih sedikit dan pembicaraan yang berpusat pada anak lebih banyak, kehangatan yang diberikan kepada anak lebih banyak daripada yang diberikan satu sama lain, dan tingkat kepuasan seksual lebih rendah. Konselor perkawinan sangat dibutuhkan dalam hal ini.
Masalah-masalah yang sering terjadi antara lain masalah kesehatan fisik anak seperti penyakit-penyakit menular yang lazim pada anak, jatuh, luka bakar, keracunan, dan kecelakaan-kecelakaan lain yang terjadi selama usia prasekolah. Masalah-masalah lain yang penting adalah persaingan di antara kakak-adik, keluarga berencana, kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan, masalah-masalah pengasuhan anak, masalah komunikasi dalam keluarga, serta kesehatan umum.
Tujuan utama bagi perawat yang melayani keluarga dengan anak usia prasekolah adalah membantu mereka membentuk gaya hidup sehat dan memfasilitasi pertumbuhan fisik, intelektual, emosional dan sosial secara optimal.

source : http://beldashani.blogspot.com/2010/08/tahap-tahap-siklus-kehidupan-keluarga-1.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar